Selasa, 28 Februari 2017

BAB Tidak Lancar? Mungkin Ini Penyebabnya

Kesal rasanya ketika BAB tidak lancar karena membuat perut terasa tidak nyaman dan begah. Susah buang air besar, atau yang dikenal juga sebagai konstipasi, adalah kondisi di mana Anda sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas,  atau tidak bisa sama sekali. Biasanya, seseorang dikatakan menderita konstipasi ketika total buang hajat kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Lalu, apa sih penyebab susah buang air besar? Ternyata, banyak faktor yang memicu kondisi ini, mulai dari kebiasaan sehari-hari hingga faktor psikologis. Mau tahu lengkapnya? Yuk, simak beberapa poin penting berikut ini!
1. Kekurangan serat
Kurangnya asupan serat harian yang diperlukan tubuh dianggap sebagai faktor utama pemicu gangguan buang air besar. Kenapa? Karena pada dasarnya, serat yang berasal dari sayuran hijau dan buah-buahan bermanfaat untuk mempertahankan kadar air dalam tinja sekaligus merangsang gerakan peristaltik kolon. Jadi, mulai sekarang, yuk rutin mengonsumsi sayuran dan buah-buahan!
2. Kehamilan
Sekitar 40 persen wanita hamil mengalami kesulitan buang air besar, terutama pada periode awal kehamilan. Kok bisa? Hal ini disebabkan tingginya produksi hormon progesteron saat masa kehamilan yang memicu pengenduran otot, termasuk otot usus. Hasilnya, ibu hamil cenderung mengalami susah BAB sebab otot ususnya sulit untuk berkontraksi.
3. Menunda BAB
Sering menunda BAB karena alasan sibuk dengan pekerjaan? Hati-hati! Karena kebiasaan ini ternyata memicu konstipasi, lho! Maka dari itu, segerakanlah buang air besar saat perut sudah terasa mulas.
4. Pengaruh obat-obatan
Jarang yang mengetahui bahwa beberapa jenis obat-obatan, seperti suplemen kalsium, suplemen zat besi, obat anti-epilepsi, anti-depresan, anti-psikotik, serta obat-obatan diuretik ternyata dapat menyebabkan konstipasi. Mengejutkan, bukan?
5. Kondisi medis
Tahukah Anda, bahwa dalam beberapa kasus, susah buang air besar ternyata merupakan gejala dari kondisi medis tertentu? Ya, Anda harus waspada jika konstipasi terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, karena bisa jadi hal tersebut merupakan gejala dari penyakit diabetes, sindrom iritasi usus besar, hiperkalsemia (kelebihan kalsium dalam darah), kelenjar tiroid yang kurang aktif, multiple sclerosis, penyakit parkinson, fisura anal, penyakit peradangan usus, kanker usus besar, hingga cedera saraf tulang belakang.
6. Faktor psikologis
Terakhir, kesulitan untuk buang air besar juga bisa terjadi apabila Anda memiliki masalah psikis, seperti stres, cemas berlebih, depresi, hingga trauma.
Setelah mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan susah buang air besar, Anda pastinya bertanya-tanya tentang bagaimana cara mencegahnya. Tenang! Mudah kok cara menjaga agar pencernaan lancar. Pertama, Anda disarankan untuk memperbanyak minum air putih. Mengapa? Karena tubuh yang kekurangan cairan akan memicu penyerapan air berlebih di usus besar sehingga feses  menjadi keras dan kering. Selain itu, olahrga dan konsumsi sayuran hijau serta buah-buahan secara teratur juga dapat memperlancar BAB, lho! Alasannya tidak lain karena dua hal tersebut dapat melunakkan serta mempercepat alur bergeraknya feses.
Semoga bermanfaat!

sumber: www.go-dok.com

Senin, 27 Februari 2017

Serba Serbi Intoleransi Laktosa

www.go-dok.com

Pernahkah Anda merasa mual atau bahkan muntah dan diare beberapa saat setelah meminum susu? Hati-hati, karena bisa jadi Anda menderita intoleransi laktosa! Menurut The Sensitive Gut, buku yang diterbitkan Fakultas Kedokteran Harvard University, diperkirakan bahwa 70 persen populasi dunia memiliki masalah dengan laktosa”. Ini artinya, kemunculan rasa mual, kram, kembung, dan diare setiap habis mengonsumsi produk susu maupun olahannya merupakan hal yang umum terjadi. Apakah Anda salah satunya?
Apakah sebenarnya intoleransi laktosa itu ?
Laktosa merupakan gula alami yang terdapat dalam susu atau produk olahannya, seperti keju, mentega, dan yoghurt. Nah, intoleransi laktosa adalah bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa, karena sistem pencernaan Anda tidak mampu menyerap senyawa ini ke dalam tubuh.
Intoleransi laktosa dan alergi susu sapi
Alergi susu sapi dan intoleransi laktosa adalah dua istilah yang memiliki pengertian berbeda, meskipun keduanya memiliki gejala yang hampir sama.
Alergi susu sapi merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh mengeluarkan reaksi alergi atau menolak protein yang terkandung dalam susu sapi. Sedangkan intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa (gula dalam susu) karena kekurangan enzim laktase.
Lalu, bagaimana cara membedakan intoleransi laktosa dengan alergi susu sapi?
Intoleransi laktosa dapat disebabkan oleh kerusakan usus karena infeksi virus atau bakteri. Intoleransi laktosa sangat umum pada orang tua. Anda biasanya akan merasakan gejala intoleransi laktosa sekitar 30 menit sampai dua jam setelah menelan susu atau makanan yang berupa olahan susu. Gejala yang mungkin terjadi, yaitu nyeri perut, mual, diare.
Sedangkan alergi susu sapi  paling umum terjadi pada bayi maupun anak-anak dan sangat jarang ditemui pada orang dewasa. Alergi susu sapi merupakan reaksi imunologi. Gejala alergi ini dapat dimulai dalam beberapa menit atau bisa juga muncul dalam beberapa jam. Gejala yang dapat timbul antara lain, yaitu nyeri perut, mual, diare, ruam kulit, bengkak pada bibir.
Lalu, pola hidup seperti apakah yang ideal bagi penderita intoleransi laktosa?
Perlu diketahui bahwa tingkat intoleransi laktosa berbeda-beda pada setiap orang. Lalu, bagaimana caranya menentukan tingkat intoleransi laktosa Anda? Cara paling mudah yang dapat Anda lakukan adalah dengan menghindari konsumsi laktosa selama empat minggu untuk menghilangkan senyawa ini dari sistem tubuh. Kemudian, mulailah menambahkan kembali susu atau keju pada makanan dalam jumlah kecil sambil memonitor gejala yang muncul untuk menentukan berapa jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan masalah bagi tubuh.
Rata-rata, toleransi jumlah laktosa yang dapat dicerna oleh tubuh penderita intoleransi laktosa berkisar di nilai 4 ons. Hal ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh European Food Safety Authority (EFSA) pada tahun 2010 silam. Jadi, agar Anda tetap dapat mengonsumsi susu tanpa memicu timbulnya masalah pada tubuh, maka sangat disarankan untuk mengonsumsi susu atau produk kaya laktosa lainnya dalam porsi yang lebih kecil dari 4 ons.
Atau, solusi lain yang dapat dicoba adalah dengan meminum suplemen enzim laktosa. Dengan cara ini, Anda tetap dapat memperoleh manfaat serta gizi yang terkandung dalam susu tanpa harus mengonsumsinya secara langsung.
Semoga bermanfaat!
sumber : www.god-ok.com

Rabu, 22 Februari 2017

Seberapa Dalam Anda Mengenal Junk Food?


Junk food merupakan  salah satu jenis panganan yang digemari masyarakat Indonesia lantaran rasanya yang lezat. Karenanya, kini banyak restoran cepat saji yang menawarkan pilihan menu jenis pangan ini. Namun, tahukah Anda, bahwa di balik kenikmatannya, junk food mengandung kadar lemak dan gula yang tinggi? Berikut, beberapa fakta penting mengenai junk food yang harus Anda ketahui:
Apa fakta ilmiahnya?
Sebuah penelitian dari Oregon State University yang dipublikasikan dalam jurnal Neuroscience menemukan bahwa tingginya kadar lemak dan gula dalam junk food berdampak buruk bagi perilaku emosional serta kesehatan seseorang karena dapat meningkatkan risiko timbulnya stres, depresi,  obesitas, hingga hipertensi.
Dijabarkan pula melalui penelitian yang dilakukan Jean Welsh dari Harvard School of Public Health, bahwa junk food memicu peningkatan kadar lemak dalam darah (blood fats) serta mengurangi kolesterol baik di dalam tubuh. Kombinasi dua hal tersebutlah yang membuat Anda rentan terkena penyakit jantung.  Mengerikan!
Risiko umur
Bagi Anda yang masih berusia muda, mungkin terbersit pikiran bahwa usia Anda dapat menjadi tameng sehingga dapat mengonsumsi junk food sesuka hati. Benarkah seperti itu? Salah. Faktanya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pereira, M.A. dan dipublikasikan dalam jurnal Lancet (2005), kebanyakan orang rentang usia 20 – 40 tahun yang mengonsumsi makanan cepat saji lebih dari 2 kali dalam seminggu beresiko tinggi terkena penyakit jantung dan diabetes kelak ketika menginjak usia 50 tahun. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi junk food di usia muda juga akan meningkatkan kemungkinan Anda terkena obesitas. Hasilnya, kondisi kesehatan tubuh di usia tua nanti akan semakin memburuk karena Anda rentan terkena penyakit yang berhubungan dengan berat badan. Tidak ingin hal tersebut terjadi, ‘kan?
Berapakah batas amannya?
Lalu, berapakah batas aman dalam mengonsumsi makanan cepat saji? Demi mengurangi resiko terkena penyakit yang telah disebutkan di atas, memang lebih baik bagi Anda untuk berhenti mengonsumsi junk food secara total. Namun, jika Anda tetap ingin mengonsumsinya sekali-kali, sebaiknya mulai perhatikan beberapa hal, seperti komposisi lemak dan gula yang terkandung dalam satu porsi makanan yang dipesan. Misalnya, saat akan memesan ayam goreng, ada baiknya Anda memilih bagian dada tanpa kulit yang hanya mengandung 120 kalori, 70 mg kolesterol, dan 1.5 gr lemak. Atau, saat Anda ngidam burger, gantilah patty daging sapi dengan daging dada ayam. Mudah, bukan?
Lalu, bagaimana cara menguranginya?
Jika merasa kesulitan untuk berhenti mengonsumsi makanan cepat saji, maka Anda dapat melakukannya secara bertahap. Cobalah beberapa tips jitu, seperti memulai kebiasaan memesan makanan cepat saji dalam porsi kecil, mengurangi frekuensi konsumsi, hingga menghindari topping kaya lemak semisal keju. Selain itu, biasakanlah untuk mengimbangi konsumsi junk food  Anda dengan asupan sayuran dan buah-buahan serta olahraga rutin minimal 30 menit per hari.
Ayo, jaga kesehatan tubuh Anda mulai dari sekarang!

sumber : www.go-dok.com

Selasa, 21 Februari 2017

Bahaya! Jangan Mengucek Mata Saat Gatal


#SEHAT ITU MUDAH
Seperti yang telah diulas dalam artikel Glaukoma sebelumnya, kebiasaan mengucek mata dapat menyebabkan tekanan pada bola mata bertambah. Nah, salah satu akibat yang harus diwaspadai dari hal tersebut adalah meningkatnya risiko Anda terkena glaukoma. Mengerikan, bukan?

SUMBER : WWW.GO-DOK.COM



Senin, 20 Februari 2017

Bunda, Jaga Kesehatan Kandungan dengan Batasi Konsumsi 5 Hal Ini!


Bagi kebanyakan pasangan suami istri, kehamilan adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Tidak jarang, karena terlalu bahagia, sang suami rela memenuhi keinginan istri yang mengidam makanan atau minuman tertentu. Misalnya saat si istri ngidam durian atau mangga muda, tentunya  Anda rela memutar kota untuk menemukan kedua makanan tersebut. Padahal, saat itu bukanlah musimnya. Wah, begitu romantis dan penuh pengorbanan, ya? Eits, hati-hati! Ternyata, ada beberapa bahan pangan yang jumlah konsumsinya harus dibatasi bagi ibu hamil. Tidak percaya? Simak daftar lengkapnya berikut ini, ya!
1. Daging merah.
Bahan pangan pertama yang jumlah konsumsinya harus dibatasi oleh para ibu hamil adalah daging merah. Mengapa? Karena daging sapi, daging kambing, dan daging bebek yang termasuk dalam kategori ini ternyata dapat menyebabkan Toxoplasmosis, yaitu penyakit yang dipicu oleh infeksi parasit langka dan dapat mengakibatkan keguguran serta komplikasi lain pada ibu hamil. Sebagai langkah preventif, sebaiknya Anda bekukan daging mentah terlebih dahulu sebelum kemudian dimasak hingga benar-benar matang. Hal ini dilakukan guna membunuh semua kuman dan mikroorganisme jahat yang ada di dalam daging mentah.
2. Kafein
Tahukah Anda bahwa kandungan kafein di dalam teh atau kopi dapat mengganggu perkembangan si calon buah hati? Jarang yang mengetahui bahwa konsumsi berlebih senyawa ini ternyata memicu bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Nah, untuk mencegah hal tersebut, American Pregnancy Association menyarankan ibu hamil untuk menghindari konsumsi kafein di trimester pertama dan mengonsumsi tidak lebih dari 200 mg/hari (sekitar 12 ons kopi) selama kehamilan berlangsung.  Diingat-ingat ya, Bunda!
3. Sushi.
Anda tentunya mengetahui bahwa bahan dasar sushi adalah ikan mentah. Namun, jarang yang mengetahui bahwa di dalam daging mentah tersebut terdapat cacing kecil yang dapat mengganggu pencernaan ibu hamil. Selain itu, sushi berbahan dasar ikan tuna juga dicurigai mengandung merkuri. Hati-hati, Bunda! Karena akumulasi logam berat ini di dalam tubuh Anda dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf si jabang bayi. Tentunya Anda tidak mau hal tersebut terjadi, bukan?
4. Cokelat.
Meskipun sebuah studi dari University of Helsinki mengemukakan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi cokelat menghasilkan bayi yang lebih bahagia dan ceria, namun pakar kehamilan ternama asal Inggris, Clare Byam-Cook, tetap menyarankan ibu hamil untuk mengurangi asupan makanan manis yang satu ini. Sebab, cokelat ternyata dapat meningkatkan risiko obesitas bagi ibu hamil dan janin yang dikandung sehingga memicu timbulnya komplikasi saat proses kelahiran.
Bunda, perlu diingat bahwa semua yang Anda konsumsi akan berpengaruh langsung pada si buah hati di dalam kandungan. Mulai dari sayuran, buah-buahan, susu, hingga junk food dan minuman bersoda. Semuanya akan dirasakan langsung oleh si jabang bayi. Karenanya, yuk, mulai menghindari atau mengurangi konsumsi 5 bahan pangan di atas! Karena bukankah kesehatan Anda dan si buah hati yang menjadi prioritas utama? Semoga selalu sehat, Bunda!

sumber : www.go-dok.com

#sehat itu mudah

Kamis, 16 Februari 2017

Berniat Memiliki Tato? Ketahui Dulu Dampaknya bagi Kesehatan


Tato, seni merajah tubuh ini memang telah lama digandrungi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Semua kalangan, tanpa peduli usia dan status, berlomba-lomba menghiasi tubuhnya dengan berbagai macam ukiran artistik, seperti tulisan penuh makna, simbol-simbol tertentu, gambar orang terdekat hingga lukisan wajah sang artis idola. Di Indonesia sendiri, Anda dapat dengan mudah menemukan studio tato, mulai dari yang berlokasi di kota besar, pedalaman atau bahkan di daerah-daerah wisata. Harganya pun bermacam-macam, tergantung dari jenis alat yang digunakan hingga tingkat kesulitan pembuatan gambar.

Tertarik mengikuti tren merajah tubuh yang satu ini? Ada baiknya Anda simak terlebih dahulu penjelasan lengkap mengenai dampak buruk tato bagi kesehatan berikut ini:

– Rentan infeksi

Tahukah Anda, bahwa prosedur mentato tubuh ternyata membuat kulit Anda lebih rentan terkena infeksi? Seperti yang diutarakan oleh Dr. Luch, infeksi dapat muncul karena pada proses merajah tubuh, seniman tato akan menusuk kulit Anda dengan jarum berulang-ulang kali agar tinta menempel secara permanen. Masalahnya adalah, proses tadi akan menyebabkan beberapa senyawa asing yang terkandung pada tinta masuk ke pembuluh darah dan saraf, hingga akhirnya mempengaruhi fungsi serta kinerja sel imun tubuh. Hasilnya, kulit akan lebih rentan terkena infeksi, bahkan berisiko memunculkan sel kanker di jaringan dermis.

– Reaksi Alergi

Pada beberapa orang, prosedur merajah tubuh dapat menimbulkan beberapa reaksi alergi. Hal ini dikarenakan sistem imun menolak masuknya senyawa asing ke dalam tubuh. Reaksi yang muncul pun sangatlah bervariasi, mulai dari timbulnya bercak-bercak kemerahan, rasa terbakar di permukaan kulit, hingga gatal dan ruam parah.

Selain itu, kurang diperhatikannya tingkat kehigienisan alat serta jarum tato dapat membuat Anda terpapar beberapa penyakit mematikan, seperti tetanus, hepatitis B, dan hepatitis C. Hal ini dikarenakan alat yang dipakai berulang dan tidak dibersihkan secara maksimal berisiko tinggi menjadi tempat tumbuh kembangnya bakteri, seperti staphylococcus aureus dan pseudomonas. Bahkan dapat menyebabkan si pengguna terkena virus mematikan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Mengerikan, bukan?

– Mengganggu tes MRI

MRI /Magnetic Resonance Imaging merupakan prosedur pencitraan tubuh guna mendeteksi jaringan lunak, seperti kista dan tumor. Jarang yang mengetahui, bahwa dengan merajah tubuh, Anda telah meningkatkan risiko munculnya peradangan serta pembengkakan kulit yang terpapar gelombang magnetik saat melakukan tes MRI.

– Sulit dihapus atau dihilangkan

Meskipun saat ini sudah ditemukan teknik laser yang dapat digunakan untuk menghilangkan tato, namun teknologi tersebut masih terbatas pada beberapa warna tinta saja. Selain itu, bagi Anda yang berpigmen kulit gelap, teknik laser tidak akan dengan efektif menghilangkan tato. Setidaknya, Anda harus melakukan prosedur laser sebanyak 3 kali sampai tato benar-benar hilang.

Setelah menyimak informasi berikut, jadi bagaimana masih berminat membuat tato pada tubuh Anda?

sumber : www.go-dok.com

#sehat itu mudah

Rabu, 15 Februari 2017

Rambut Indah Bebas Ketombe



Siapa sih yang tidak ingin tampil sempurna dengan memiliki rambut yang sehat dan bebas ketombe? Rambut berketombe adalah masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat yang tinggal di negara beriklim tropis. Ada beberapa penyebab timbulnya ketombe, seperti gaya hidup yang tidak sehat, cuaca, penggunaan shampo yang tidak cocok dengan kulit kepala, penggunaan sisir sembarangan, dan bahkan terlalu banyak menggunakan shampo anti ketombe. Masalah ketombe tidak bisa dianggap remeh karena apabila dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan ketombe akut dan menimbulkan gatal yang luar biasa pada kulit kepala. Berikut ini beberapa tips mengatasi ketombe secara alami.

1. Lemon dan jeruk nipis

Sebagian orang mungkin sudah mengetahui pencegahan ini. Lemon dan jeruk nipis mempunyai tingkat keasaman tinggi yang berkhasiat untuk menghilangkan ketombe. Anda hanya membutuhkan beberapa lemon/jeruk nipis. Peras lemon/jeruk nipis sampai airnya keluar. Kemudian, oleskan air lemon/jeruk nipis tersebut ke kulit kepala sampai merata sambil memijatnya. Diamkan selama 30 menit. Setelah itu, bilas rambut dengan air hingga bersih. Lakukanlah secara berkala sampai mendapatkan hasil maksimal.

2. Cuka

Memiliki tingkat keasaman tinggi, cuka dapat mengatasi masalah ketombe. Zat asam abrasif pada cuka mampu mengelupas sel-sel kulit mati di kulit kepala. Anda hanya membutuhkan cuka putih. Keramaslah terlebih dahulu. Lalu, campurkan cuka dan air hangat dengan perbandingan 1:1. Oleskan campuran tersebut ke kulit kepala secara merata dan diamkan sekitar 30 menit. Setelah itu, basuh rambut dengan air.

3. Pandan

Walaupun pandan biasanya digunakan untuk aroma makanan, akan tetapi, kandungan mineral yang terdapat pada pandan mampu menutrisi rambut dan mengatasi ketombe. Ambil 5 – 8 lembar daun pandan dan cuci bersih. Lalu, remas daun pandan hingga hancur dan campur dengan air hangat secukupnya. Setelah itu, usap air tersebut ke kulit kepala hingga merata. Lakukan selama beberapa menit. Kemudian, bilas rambut dengan air.

4. Garam

Banyak khasiat yang terdapat pada garam untuk kesehatan. Selain pencegahan amandel, garam juga bisa menghilangkan ketombe. Kandungan kristal abresif yang terdapat pada garam mampu mengangkat ketombe. Sebelum memulai pencegahan, keramaslah terlebih dahulu. Kemudian, gosokkan garam ke kulit kepala sampai merata. Lakukan selama 10 menit. Setelah itu, basuh dengan air.

5. Minyak kelapa dan zaitun

Minyak zaitun banyak digunakan untuk pencegahan beberapa penyakit seperti diabetes, stroke, dan menghilangkan ketombe. Anda dapat menggunakannya setelah keramas. Oleskan minyak zaitun di kulit kepala secara merata dan diamkan sekitar 30 menit. Lalu, bilas rambut dengan air. Sama halnya dengan minyak kelapa, Anda dapat mengoleskannya pada kulit kepala setelah keramas dan tunggu sekitar 30 menit. Lalu bilas dengan air. Vitamin E yang terkandung pada kelapa mampu menghilangkan ketombe.

Anda dapat mencoba cara-cara di atas untuk menghilangkan ketombe. Atasilah ketombe sebelum menjadi akut. Menjaga makanan serta pola hidup juga salah satu cara untuk menghilangkan ketombe. Jaga terus kesehatan rambut!

sumber : www.go-dok.com

#sehat itu mudah




Senin, 13 Februari 2017

Kulit Anda Berminyak? Ayo Atasi dengan Cara Berikut ini!


Siapa sih yang suka dengan kulit wajah yang berminyak? Hampir setiap orang tidak menginginkannya, apalagi para kaum wanita. Memang, banyak rumor beredar bahwa wajah yang berminyak menyebabkan tampilan terlihat awet muda. Namun, jika tidak dirawat, kulit muka yang berminyak justru akan memicu munculnya jerawat dan komedo.

Sejatinya, minyak pada wajah berasal dari kelenjar sebaceous. Beberapa faktor, seperti pengaruh hormon wanita, datang bulan, stres, cuaca yang panas, hingga kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung minyak, santan, dan lemak yang tinggi terbukti meningkatkan kerja kelenjar sebaceous sehingga minyak atau sebum yang dihasilkan pun berlebih. Hasilnya, pori-pori wajah tersumbat sehingga Anda rentan terkena jerawat maupun komedo. Lantas,  bagaimanakah cara menangani minyak berlebih pada wajah? Yuk, intip cara jitu berikut ini:

1. Gunakan bedak obat atau bedak tabur

Tahukah Anda, bahwa bedak obat tidak hanya mengandung asam salsilat dan glikoat yang mampu menyerap minyak, namun juga dapat menjaga kulit wajah agar tetap lembap? Jika tidak ada persediaan bedak obat di rumah, pilihlah bedak tabur untuk diaplikasikan ke wajah. Teksturnya yang ringan tidak akan menyebabkan penyumbatan pori yang menjadi cikal bakal munculnya jerawat dan komedo.

2. Bersihkan wajah secara rutin

Kotoran, debu, dan bakteri yang menempel pada kulit wajah terbukti dapat menyebabkan wajah menjadi berminyak. Untuk mengatasinya, Anda disarankan untuk membersihkan wajah minimal 2 kali sehari. Eits, tapi jangan terlalu sering, ya! Karena kebiasaan membersihkan wajah secara berlebih justru akan membuat wajah Anda semakin berminyak.

3. Selektif pilih produk kecantikan

Bagi Anda yang memiliki wajah berminyak, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih produk kecantikan. Pertama, gunakan krim atau lotion berlabel oil-free .Selain itu, pilihlah pembersih wajah yang mengandung asam glikolat dan beta-hidroksi, sebab dua senyawa tadi terbukti dapat mengurangi produksi minyak wajah serta menghalau timbulnya jerawat.

4. Gunakan masker wajah alami

 Agar wajah Anda terhindar dari minyak berlebih, gunakanlah masker yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti madu, tomat, dan apel. Mudah, kok, cara membuatnya! Untuk masker apel, misalnya, Anda cukup menghaluskan 1 buah apel lalu mencampurkannya dengan 3 sendok madu. Jangan lupa untuk mendinginkan terlebih dahulu masker di kulkas sebelum diaplikasikan ke wajah, ya! Jika dilakukan secara rutin, niscaya Anda akan terhindar dari wajah berminyak. Mudah, bukan?

5. Rutin meminum air putih

Sering disepelekan, kebiasaan meminumm air putih dalam jumlah yang cukup ternyata baik bagi kesehatan wajah. Lho, kok bisa? Sebab mineral yang terkandung dalam air putih ternyata tidak hanya bagus untuk melancarkan metabolisme tubuh dan kulit wajah, namun juga dapat membantu regenerasi sel kulit serta melembapkan kulit secara alami.

Selamat mencoba!

sumber : www.go-dok.com

#sehat itu mudah

Kamis, 09 Februari 2017

Stop Buang-Buang Makanan!

www.go-dok.com

Meski terdengar sederhana bagi sebagian orang, namun kebiasaan menyisakan makanan bukanlah kebiasaan yang baik untuk dilakukan oleh siapapun. Dampaknya, baik anak-anak maupun orang dewasa akhirnya menganggap perilaku ‘mubazir’ ini sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah dilakukan. Beragam alasan digunakan, mulai dari rasa masakan yang kurang sedap di lidah, sudah terlalu kenyang, kondisi makanan yang sudah dingin, sedang menjalani program diet hingga keterbatasan waktu karena kesibukan yang padat. Faktanya, masih banyak penduduk di Indonesia dan belahan bumi lain yang tidak seberuntung kita hingga menyebabkan mereka kekurangan bahan pangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan kalori mereka dengan makan tiga kali sehari. Menyedihkan, bukan?
Selain karena merupakan bentuk ketidak tenggangan rasa, perilaku membuang-buang makanan juga dapat memicu timbulnya permasalahan lingkungan akibat semakin  menumpuknya sampah. Dilansir dari Huffington Post, di Amerika Serikat, persentase jumlah sampah makanan berada di angka yang mencengangkan, yakni 40 persen. Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, lebih dari 80 persen dari sampah yang dibuang ternyata masuk dalam kategori sampah edible (masih layak dimakan). Menurut Departemen Agrikultur Amerika Serikat, warga Amerika pada umumnya membuang 40 persen ikan segar, 23 persen telur, dan 20 persen susu. Melihat besarnya angka persentase di atas  saja sudah terbayang, betapa ‘mubazirnya’ jumlah makanan yang terbuang sia-sia!
Masih yakin mau buang-buang makanan? Mulai sekarang sebaiknya pikirkan ulang kebiasaan buruk tersebut, berikut beberapa alasan mengapa Anda harus mulai menghentikan kebiasan buruk ini:
  1. Sumber pangan kita terbatas.Semakin hari, jumlah populasi manusia semakin banyak. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan jumlah lahan pertanian dan peternakan yang justru semakin sedikit. Hasilnya, ketersediaan pangan tidak mampu mengimbangi jumlah populasi manusia.
  2. Sia-sia. Selain sia-sia karena membuang makanan yang masih layak dikonsumsi, perlu diingat bahwauntuk membeli satu produk pangan, banyak usaha dan materi yang terbuang. Jadi, ingat ya! Ketika membuang makanan,  Anda secara tidak sadar telah membuang-buang uang.
  3. Memperbanyak sampah.Hampir setiap makanan yang Anda beli dibungkus dengan kemasan yang beraneka ragam, mulai dari kantong plastik, kaleng, kertas, dus, hingga styrofoam. Nah, makanan yang Anda buang beserta kemasannya akan menambah jumlah sampah organik dan anorganik. Hal ini tentunya tidaklah baik untuk kelangsungan lingkungan hidup sekitar karena kaleng dan plastik makanan membutuhkan waktu yang lama atau setidaknya 400 tahun untuk sampai dapat terurai dengan baik atau sempurna oleh tanah.
Jadi, pembaca yang budiman, mulai sekarang sebelum Anda makan sebaiknya cermatlah dalam menakar setiap jenis makanan dengan cara menyesuaikan porsi yang ada santap dengan kebutuhan perut. Tujuannya, agar apa yang ada di piring dapat langsung dihabiskan tanpa harus dibuang. Ayo, berhenti buang-buang makanan!

sumber: www.go-dok.com

Rabu, 08 Februari 2017

Kanker Serviks


Seperti yang telah kita ketahui bahwa kanker serviks akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan masyarakat Indonesia, khususnya kaum hawa. Banyak wanita yang kemudian merasa was-was akan infeksi penyakit mematikan yang satu ini. Lalu, apa sebenarnya kanker serviks itu? Apa saja gejala yang ditimbulkan dan bagaimana cara menanganinya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini:

Mengenal kanker serviks

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang menjangkit bagian leher rahim wanita -sebuah jaringan berserat dan berotot yang menghubungkan vagina dengan rahim. Penyakit ini biasanya menyerang kaum hawa yang aktif secara seksual. Meskipun awalnya hanya tumbuh di bagian permukaan leher rahim, namun seiring dengan berjalannya waktu, kanker serviks dapat menyerang bagian leher rahim yang lebih dalam beserta jaringan lain di dekatnya.

Menurut data WHO tahun 2012, setiap tahunnya terdapat 530.000 kasus kanker serviks yang terjadi di dunia, dan 270.000 di antaranya berujung pada kematian. Di Indonesia sendiri, terdapat ±41 kasus kanker serviks yang terjadi setiap harinya; di mana 20 pasien kanker harus meregang nyawa karenanya.

Gejala

Pada stadium awal, umumnya penderita kanker rahim tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, Anda harus mulai waspada jika mulai muncul gejala-gejala seperti :

    Perdarahan setelah hubungan seksual,
    Perdarahan setelah menopause,
    Perdarahan di antara periode menstruasi,
    Nyeri perut bawah (area sekitar rahim),
    Nyeri saat berhubungan seks,
    Keputihan yang berbau dan disertai dengan darah.

Penyebab

99,7% penyebab kanker serviks adalah Human Papiloma Virus (HPV) yang menular melalui kontak seksual yang bersifat vaginal, anal, maupun oral. Jika ditarik garis besar, maka terdapat dua kategori resiko ketika HPV menyerang daerah genital, yaitu resiko rendah dan resiko tinggi. Pada resiko rendah, biasanya virus HPV tidak menyebabkan kanker, namun dapat memicu timbulnya kutil kelamin (kondiloma akuminata). Sedangkan pada resiko tinggi, virus HPV berpotensi besar menyebabkan kanker. Dari semua tipe HPV, tipe 16 dan 18 lah yang berpotensi besar memicu timbulnya kanker serviks. Lalu, kebiasaan apa sajakah yang dapat meningkatkan risiko infeksi HPV? Berikut poin lengkapnya:

1. Berganti-ganti pasangan seksual

Berhati-hatilah jika Anda termasuk orang yang memiliki lebih dari satu pasangan, sebab tipe HPV 16 dan 18 dapat menular melalui hubungan seksual. Meskipun laki-laki tidak dapat terkena kanker rahim, namun mereka dapat membawa HPV dalam tubuhnya.

2. Memulai hubungan seksual sejak usia muda

Penelitian yang dilakukan oleh British Journal of Cancer menyimpulkan bahwa wanita yang memulai hubungan seksual sejak usia dini lebih berisiko terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang mulai berhubungan seks di usia dewasa

3. Merokok

Penelitian yang dilakukan di Sweden’s Karolinska Institute oleh Anthony S. Gunnell dan rekannya menduga adanya keterkaitan antara merokok dengan kanker serviks. Hal ini didasarkan pada bukti bahwa merokok membantu HPV berkembang lebih cepat sebab sel-sel imun tubuh yang semula sehat kemudian mengalami kerusakan akibat paparan zat-zat karsinogen dalam rokok.

4. Riwayat keluarga

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki ibu atau saudara   perempuan (kakak/adik) penderita kanker serviks memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibanding wanita yang berasal bukan dari keluarga dengan riwayat kanker serviks.

Deteksi Dini (Screening)

Kanker serviks dapat dideteksi dengan melakukan tes Papanicolaou atau yang lebih dikenal dengan sebutan PAP smear dan IVA test.

1. PAP smear test

PAP smear direkomendasikan untuk wanita yang berusia 21 – 65 tahun. PAP smear dilakukan dengan cara mengambil sampel berupa sel serviks. Tujuannya tidak lain untuk mengobservasi apakah ada kemungkinan perubahan pada sel serviks yang mengarah ke kondisi pra-kanker.

2. IVA test.

Pada pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA test), leher rahim akan dipulas dengan asam asetat 3-5% selama ±1 menit. Bila hasil pemeriksaan ini positif (+) pada sel pra-kanker, maka akan terlihat bercak  berwarna putih yang disebut Aceto White Epitelium.

Diagnosis

Apabila ditemukan hasil positif sel pra-kanker pada deteksi dini, biasanya dokter akan menyarankan tindakan biopsi (pengambilan sampel sel) pada leher rahim untuk menegakkan diagnosa.

Komplikasi

Apabila tidak segera ditangani, kanker dapat bermetastasis (menyebar) hingga ke dinding pelvis, kandung kemih, dan rektum. Selain itu, organ tubuh lain, seperti hati, paru-paru, dan tulang juga berisiko tinggi terkena imbas penyebaran kanker.

Penanganan

Perlu diketahui bahwa langkah penanganan kanker serviks sangat bergantung pada stadium, ukuran (besar/kecilnya kanker), serta umur penderita. Pada stadium awal, penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan sel-sel penyebab kanker menggunakan laser. Jika sudah menginjak stadium lanjut, pasien akan disarankan untuk melakukan prosedur operasi pengangkatan rahim secara menyeluruh, atau yang disebut dengan Histerektomi. Sedangkan pada stadium yang sudah lebih parah, penanganan dapat dilakukan dengan terapi kombinasi yang melibatkan kemoterapi dan radioterapi (radiasi).

Pencegahan

Kanker serviks dapat dicegah dengan berbagai cara, seperti tidak melakukan hubungan seksual sejak usia muda, tidak berganti-ganti pasangan seksual, melakukan pemeriksaan PAP smear minimal setahun sekali, dan menjaga pola hidup dan makan agar kekebalan tubuh meningkat.

Selain itu, tindakan pencegahan juga dapat dilakukan dengan mendapatkan vaksin HPV guna menstimulus tubuh untuk memproduksi antibodi. Pada umumnya, vaksin HPV bekerja sangat efektif karena berisi virus-like particles (VLP’s) yang bersifat immunogenik (meningkatkan produksi antibodi dalam tubuh).

sumber:www.go-dok.com

Ini dia Waktu yang Tepat Untuk Berikan Gadget Anak!

Dewasa kini, penggunaan gadget memang sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan melibatkan penggunaan teknologi informasi termutakhir ini. Karenanya, tidak aneh jika semua orang, tak peduli tua atau muda, paham betul cara menggunakan dan mengoperasikan gadget masing-masing.
Karena beragamnya fitur yang ditawarkan, banyak orang tua yang kemudian memberikan buah hati mereka kebebasan untuk memainkan gadget sejak usia dini. Alasannya beragam, mulai dari ketakutan jika si kecil tumbuh menjadi sosok yang gagap teknologi, hingga kecenderungan pola pikir ‘asal anak anteng’ yang dimiliki. Bolehkah seperti itu? Menurut Jovita Maria Ferliana, M.Psi., psikolog dari RS Royal Taruma, orangtua harus mempertimbangkan di usia berapakah sekiranya pemberian gadget pada anak dirasa tepat. Penasaran? Berikut penjelasan lengkapnya:
1. 0 – 2 tahun
Menurut penilitian, anak usia 0 – 2 tahun tidak boleh diperkenalkan dengan gadget. Kenapa? Karena sinar biru yang dihasilkan layar gadget dapat membahayakan otak anak. Ada baiknya, di 2 tahun pertama tumbuh kembang si kecil, Anda sebagai orang tua lebih sering mengajak anak berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini ditujukan untuk membentuk serta mengembangkan potensi, rasa percaya diri, serta tingkat inisiatif anak di kemudian hari.
2. 2 – 4 tahun
Anak dengan rentang usia ini sudah mulai diperbolehkan mengenal gadget. Namun, ingat! Selalu sesuaikan konten yang diberikan agar tetap mengandung nilai edukasi. Pilihlah aplikasi atau permainan yang mengenalkan serta mengajarkan ragam bentuk, warna, hingga suara. Hal ini ditujukan untuk mengasah kemampuan visiomotorik buah hati.
Selain itu, Anda juga wajib membatasi waktu penggunaan gadget pada anak maksimal 1 jam per hari. Mengapa? Jovita menyatakan bahwa gadget dapat menstimulus produksi hormon endorphin di otak anak, sehingga jika penggunaannya tidak diawasi, anak akan menunjukkan gejala-gejala kecanduan. Mengerikan, bukan?
3. 4 – 7 tahun
Pada usia di atas, anak mulai berinisiatif untuk mengeskplor segala sesuatu secara mandiri. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan peraturan dan batasan yang jelas mengenai segala sesuatu, termasuk sebarapa lama gadget boleh digunakan. Jangan biarkan anak bermain gadget lebih dari 2 jam setiap harinya, karena selain dapat mempengaruhi perkembangan emosinya, radiasi dari layar smartphone atau tablet juga akan menganggu perkembangan saraf neuron buah hati.
4. 7 – 10 tahun
Pada usia ini, anak yang mulai memiliki komunitasnya sendiri cenderung akan meminta waktu lebih untuk menggunakan tablet atau komputer pribadi. Meskipun begitu, orang tua tetap harus bersikap tegas dengan terus membatasi waktu penggunaan gadget  sehari-hari. Atur waktu penggunaan gadget oleh buah hati. Jika ia menolak, beri penjelasan yang logis agar anak tidak tumbuh menjadi sosok pemberontak. Jangan lupa untuk menerapkan sistem reward setiap kali si kecil mematuhi jadwal yang Anda tetapkan, seperti dengan memperbolehkan ia bermain gadget lebih lama di akhir pekan.
Jadi, masih mau membiarkan buah hati ‘sibuk’ dengan gadgetnya sendiri?

sumber : www.go-dok.com

Senin, 06 Februari 2017

Hati-Hati! Ini Dia Bahaya Mengonsumsi Mi Instan Dengan Nasi

Apakah Anda termasuk penggemar mi instan? Sejak hadir pertama kali di Indonesia pada tahun 1968, mi instan kini menjadi makanan favorit banyak orang. Hal tersebut tentunya tidak mengherankan, sebab selain harganya yang ekonomis sehingga terjangkau oleh setiap kalangan, mi instan juga praktis disajikan. Eits, hati-hati, lho! Karena dibalik semua kepraktisannya, mi instan ternyata menyimpan beberapa efek negatif bagi tubuh.
Perlu Anda ketahui, bahwa di tiap bungkus mi instan, terkandung zat benzopyrene yang merupakan bahan pengawet bersifat destruktif. Awas! Karena jika sampai terakumulasi dalam tubuh, zat ini dapat memicu perubahan DNA pada jaringan tubuh sehingga sel dapat berkembang secara abnormal dan akhirnya memicu kanker. Mengerikan, bukan? Selain itu, para ilmuwan dari Harvard University menyimpulkan bahwa kebiasaan terlalu sering mengonsumsi mi instan juga meningkatkan risiko Anda terkena sindrom metabolik, suatu kondisi di mana tekanan dan gula darah dapat meningkat tajam secara tiba-tiba. Selain itu, semakin sering Anda mengonsumsi mi instan, maka semakin tinggi pula kemungkinan terkena serangan jantung dan stroke.
Hebatnya lagi di Indonesia mi instan sering dijadikan lauk pendamping nasi putih. Kebiasaan  yang dianggap lumrah ini ternyata sangat berbahaya bagi kesehatan? Mi instan, yang tinggi akan sodium dan lemak jenuh, akan menghasilkan 800-900 kalori jika dikombinasikan dengan nasi putih. Hal inilah yang membuat pankreas Anda rentan mengalami gangguan sebab harus bekerja lebih keras. Selain itu, Anda juga rentan terkena penyakit diabetes sebab tingginya asupan gula yang masuk ke dalam tubuh.
Selain itu, asupan kalori berlebih dari kombinasi dua makanan tadi juga akan meningkatkan berat badan. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka besar kemungkinan Anda akan mengidap obesitas dan mengalami kerusakan organ hati.
Sebenarnya, konsumsi mi instan tidak dianjurkan sebab makanan jenis ini kaya akan bahan pengawet dan perasa buatan. Namun, Anda bisa meminimalisir akibat buruknya dengan mengurangi kebiasaan memakan mi instan secara bertahap. Selain itu, sangat dianjurkan untuk tidak mengombinasikannya dengan nasi putih karena alasan kesehatan di atas. Ayo, mulai hidup sehat dari sekarang, karena mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati!

sumber : www.go-dok.com

Minggu, 05 Februari 2017

Ayo, Jaga Kesehatan Keluarga Anda Selama Liburan!



Libur panjang di akhir pekan pastinya menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh Anda sekeluarga. Banyak rencana menyenangkan yang dapat dicoba, mulai dari berkumpul bersama sanak saudara hingga berlibur mengunjungi tempat wisata bersama. Namun, Anda harus berusaha ekstra untuk mempersiapkan seluruh anggota keluarga sebelum pergi berlibur, terutama mengenai kesehatan mereka. Mengapa? Karena jika ada satu saja anggota keluarga yang sakit, seluruh agenda liburan bisa hancur berantakan.

Lalu, bagaimana cara menghindari hal tersebut? Tenang, ini dia beberapa tips bermanfaat yang patut dicoba agar Anda dan keluarga terhindar dari serangan penyakit selama liburan:

1. Perbaiki pola hidup harian

Sebelum berlibur, ada baiknya Anda mulai memperbaiki pola hidup harian agar tubuh bugar serta siap melakukan perjalanan jauh saat berwisata nanti. Ada beberapa cara yang dapat  dicoba, mulai dari berolahraga secara teratur, tidur tepat waktu, hingga mengonsumsi makanan kaya gizi dan nutrisi. Jika pola hidup ini dibiasakan, tentu Anda dan keluarga akan terhindar dari berbagai infeksi virus dan bakteri pemicu penyakit.

2. Rajin konsumsi sayuran hijau

Tahukah Anda bahwa sayuran dengan kadar klorofil tinggi sengatlah baik bagi kesehatan tubuh?  Sayur semisal bayam, brokoli, sawi, mentimun, dan seledri terbukti tidak hanya dapat meningkatkan sistem imun, namun juga mengoptimalkan proses detoksifikasi tubuh. Karenanya, yuk, ajak keluarga untuk rutin  mengonsumsi sayuran jenis ini setidaknya 2 minggu sebelum liburan Anda dimulai!

3. Lakukan tindakan pencegah flu

Salah satu hal yang harus Anda waspadai saat berlibur panjang adalah datangnya flu. Penyakit ini mudah sekali menyerang di kala daya tahan tubuh sedang lemah. Karenanya, ada baiknya Anda melakukan berbagai upaya pencegahan, seperti dengan rutin meminum campuran teh hangat dan jahe. Jika langkah tadi dirasa kurang, maka Anda dapat mencoba solusi lain, yaitu dengan mendapatkan vaksin flu dari rumah sakit terdekat.

4. Cuci tangan dengan sabun

Bakteri penyebab penyakit dapat menginfeksi Anda dan keluarga di mana saja dan kapan saja. Menyeramkan, bukan? Oleh karena itu, biasakanlah untuk mencuci tangan sesudah dan sebelum makan atau setelah menggunakan toilet. Jika memang perlu, Anda juga dapat membekal cairan antiseptik agar dapat digunakan setiap saat. Mudah, bukan?

5. Gunakan masker

 Christoper Stanford, seorang associate professor dari University of Washington, menyarankan untuk selalu menggunakan masker di tempat umum, seperti terminal dan taman kota. Hal ini penting dilakukan, karena bakteri bisa saja menular melalui mulut dan hidung. Jadi, tidak ada salahnya Anda berjaga-jaga dengan selalu memakai  masker.

6. Bawalah minyak kayu putih

Anda sebagai orang tua pasti paham dengan fakta bahwa buah hati sering merasakan pusing dan mual ketika melakukan perjalanan jauh. Untuk mengatasi hal tersebut, sangat disarankan untuk selalu membekal minyak kayu putih selama berwisata. Mengapa? Karena aromaterapi serta hangat yang dikeluarkan oleh minyak yang satu ini dapat meredakan rasa mabuk anak. Mau coba?

Itu dia beberapa tips jitu yang dapat Anda praktikkan menjelang liburan. Selamat bersenang-senang!

sumber : www.go-dok.com

Rabu, 01 Februari 2017

Kejang Demam



Jika alur pengiriman informasi ini terganggu, maka akan timbul gangguan atau keabnormalan gerakan yang ditandai dengan otot-otot tubuh yang berkontraksi dengan tidak terkendali, atau yang lebih dikenal dengan kejang. Lalu, apa yang dimaksud dengan kejang demam? Apa yang harus dilakukan jika buah hati atau kerabat mengalami gangguan ini? Berikut penjelasannya.

Mengenal kejang demam

Kejang demam adalah kejang yang timbul mendadak dan umumnya dipicu oleh kenaikan suhu tubuh yang tinggi (38 o Celsius atau lebih). Bagi Anda yang memilki buah hati berusia antara 6 bulan-6 tahun, berhati-hatilah, karena kejang demam seringkali menimpa anak rentang usia tersebut.

Berdasarkan gejala yang timbul, kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

Gejala

Gejala yang muncul pada kejang demam berbeda, tegantung pada jenisnya. Untuk kejang demam sederhana, gejala yang umumnya muncul adalah:

    Timbul kejang umum yang menyerang seluruh tubuh
    Tidak sadarkan diri
    Mata mendelik keatas
    Pernafasan agak terganggu
    Mulut berbusa
    Kemungkinan ngompol dan muntah
    Kejang berlangsung < 15 menit
    Pasca kejang,anak akan tampak diam, mengantuk, kemudian tertidur beberapa detik atau menit. Namun setelah itu, buah hati akan pulih seperti biasa
    Tidak ditemukan kelainan fungsi saraf sebelum maupun sesudah kejang
    Kejang tidak berulang dalam 24 jam
    Kejang tidak berulang > 4 kali dalam setahun

Sedangkan gejala yang muncul pada kasus kejang demam kompleks meliputi:

    Kejang tidak umumkarena menyerang salah satu bagian tubuh saja, misalnya lengan.
    Kejang berlangsung > 15 menit
    Kejang berulang dalam 24 jam
    Kejang berulang > 4 kali setahun

Penyebab

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab utama kejang demam adalah demam yang terjadi secara mendadak. Demam sendiri biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus pada organ tubuh yang akhirnya menyebabkan gangguan,  seperti radang saluran pernafasan (batuk pilek), infeksi saluran pencernaan (mencret), otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Penyebab kejang demam lainnya dapat dikarenakan dehidrasi yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan air-elektrolit, pemberian imunisasi (DPT, MMR, campak, dll), serta efek penggunaan obat-obatan tertentu seperti difenhidramin, antidepresan trisiklik, amfetamin, dan kokain.

Meskipun hubungan pasti antara demam dengan kejang demam belum diketahui, namun para ahli menyimpulkan bahwa faktor genetik merupakan alasan utama mengapa anak dapat terkena kejang demam sedangkan yang lainnya tidak.

Komplikasi

Walaupun kejang demam tidak akan menyebabkan gangguan parah, seperti kerusakan otak atau cacat fisik/mental, Anda tetap harus berhati-hati karena kejang demam dapat berulang. Berikut beberapa faktor yang meningkatkan risiko kambuhnya kejang demam:

    Kejang pertama anak dimulai dengan demam bersuhu rendah
    Pendeknya periode waktu antara kemunculan demam hingga timbulnya kejang
    Anak memiliki anggota keluarga dengan riwayat kejang demam
    Usia anak kurang dari15 bulan pada saat kejang demam pertama kali muncul

Diagnosa

Meskipun tidak mengakibatkan komplikasi berat, kejang demam harus tetap ditangani dengan cepat dan tepat. Jangan lengah! Sebab di tahap pemeriksaan, gejala penyakit yang terdeteksi biasanya hanya berupa penyebab munculnya demam. Karena itu, biasanya dokter akan menyarankan beberapa bentuk pemeriksaan lanjut, seperti pengambilan sampel darah atau urin, X-ray, EEG, CT Scan kepala, atau pungsi lumbal. Tujuannya adalah untuk mencari penyakit yang menyebabkan munculnya kejang.

Pengobatan

Mengingat penyebab utama kejang demam adalah suhu tubuh anak yang meningkat secara drastis, maka langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat penurun panas, seperti paracetamol. Jika kemudian timbul kejang, maka disarankan untuk memberi obat anti kejang, semisal diazepam rektal. Selain itu, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan jika si kecil menunjukkan gejala kejang demam:

    Tetap tenang dan tidak panik
    Pastikan pakaian anak kendur
    Bila kesadarannya mulai menghilang, miringkan badan anak sambil terus bersihkan muntahan atau lendir darimulut atau hidung
    Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulutanak
    Ukur suhubadan anak sambil terus observasi dan catat durasi kejang
    Segera bawa buah hati ke dokter atau rumah sakit terdekat jika kejang tidak berlangsung lebih dari 5 menit

Jika anak menunjukkan gejala kejang demam kompleks, maka dokter mungkin akan menyarankan terapi antikonvulsan continuous untuk jangka pendek. Ini dilakukan untuk menghindari kerusakan pada area otak dan untuk mencegah timbulnya kembali kejang di waktu mendatang.



sumber : www.go-dok.com